Soal3: Jelaskan strategi yang dilakukan pemerintah kolonial untuk menguasai daerah-daerah di Indonesia! Jawaban: Pemerintah kolonial menerapkan politik Devide et Impera untuk menguasai daerah-daerah di Indonesia. Devide et Impera adalah politik adu domba yang dilakukan untuk memecah persatuan dan kesatuan masyarakat pribumi Nusantara. Memahami Politik Adu Domba di Indonesia – Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam dan keanekaragaman hayati lainnya. Tak sedikit dari negara penjajah merampas, dan menaklukan Indonesia. Guna memperoleh sumberdaya alamnya yang begitu banyak. Hingga akhirnya membuat negara Indonesia dijajah oleh bangsa lain. Negara itu menggunakan Politik adu domba atau juga disebut politik pecah belah, memiliki sebuah istilah yang dinamakan dengan devide et Impera. Berarti bahwa terjadinya perpaduan antara strategi politik, ekonomi, dan militer yang mempunyai tujuan untuk memperoleh dan mempertahankan kekuasaan melalui pemecahan kelompok besar menjadi kelompok kecil agar mudah untuk ditaklukkannya. Berdasarkan konteks lain, politik pecah belah, berarti bahwa mencegah kelompok kecil untuk bersatu menjadi sebuah kelompok besar yang lebih kuat lagi. Negara-negara kolonial yang menjajah Indonesia yaitu Belanda, Spanyol, Portugis, Perancis, dan Inggris. Guna mengetahui penjelasan selengkapnya mengenai politik adu domba di Indonesia mari simak penjelasan berikut. Terdapat beberapa penjelasan mengenai pengertian politik adu domba, asal usul politik adu domba, dan upaya-upaya yang dilakukan dalam politik adu domba. Pengertian Politik Adu DombaAsal Usul Politik Adu DombaUpaya-upaya Dalam Politik Adu Domba1. Menjadi Teman dan Menciptakan musuh2. Manajemen isu3. Bermain di dua sisi4. Merekrut pemimpin lokal5. Mengatur terjadinya perang saudara Pengertian Politik Adu Domba Menurut harfiah kata Devide et Impera bisa diartikan menjadi kata pecah, dan berkuasa. Strategi itu diperkenalkan oleh seorang bernama Julius Cesar guna sebagai upaya dalam membangun kekaisaran Romawi. Devide et Impera atau politik adu domba adalah strategi politik, militer, dan ekonomi dengan caraa memunculkan perpecahan pada suatu daerah agar dapat mudah untuk mereka kuasainya. Tak hanya itu aja pada konteks lain, Devide et Impera juga memiliki arti untuk mencegah kelompok-kelompok kecil bersatu guna berubah menjadi kelompok-kelompok besar yang memiliki kekuatan lebih kuat lagi. Namun, dengan seiring berjalannya waktu istilah Devide et Impera mulai dikenal menjadi politik adu domba atau politik pecah belah. Politik Devide et Impera di kawasan Nusantara, Terutamanya di wilayah Indonesia pertama kali dipopulerkan oleh Belanda lewat VOC atau disebut juga Vereenigde Oostindische Compagnie. Selain monopoli yang merupakan salah satu siasat yang dilakukan oleh VOC guna menaklukan Nusantara yaitu Devide et Impera. Politik adu domba ini juga dijadikan sebagai suatu kebiasaan bagi VOC guna melakukan hal politik, ekonomi, dan juga militernya. Orientasinya yaitu mencari sebuah keuntungan dengan sebanyak-banyaknya dengan cara menaklukkan raja-raja yang berada di wilayah Nusantara. Itulah sedikit ulasan tentang pengertian politik adu domba. Nah untuk mengetahui lebih lengkapnya. Mari simak pembahasan berikut ini mengenai asal usul politik adu domba. Asal Usul Politik Adu Domba Mulanya, politik adu domba adalah strategi atau upaya perang yang telah diterapkan oleh berbagai bangsa kolonialis di abad ke 15. Negara-negara yang terlibat diantaranya yaitu Belanda, Spanyol, Portugis, Perancis, dan Inggris. Bangsa kolonialis tersebut, melakukan sebuah ekspansi dan penaklukan itu dengan tujuan untuk mencari sumber kekayaan alam pada bangsa lainnya, khususnya yang berada di daerah tropis. Namun, seiring berjalannya waktu metode untuk melakukan penaklukan tersebut mengalami perkembangan. Sehingga politik pecah belah tak lagi hanya sekedar menjadi strategi perang akan tetapi sebagai strategi politik. Penjajah kolonial Belanda memiliki strategi politik pecah belah yang digunakan untuk menggagalkan berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI pasca kemerdekaan Indonesia 1945. Politik pecah belah adalah pertengkaran yang digunakan untuk bertujuan memecah belah suatu bangsa agar dapat mentaklukkan wilayah atau daerah yang bertujuan untuk mendapatkan dan menjaga kekuasaan dengan cara memecah belah kelompok besar menjadi kelompok-kelompok kecil agar mudah untuk dikuasai. Belanda membentuk negara boneka pada tahun 1947-1948 yang meliputi lima negara boneka, antara lain Negara Indonesia Timur sekarang Papua, Negara Sumatera Timur, Negara Madura, Negara Pasundan, Negara Sumatera Selatan dan Negara Jawa Timur. Tujuan belanda membentuk negara boneka untuk menjanjikan kemerdekaan pada negara-negara tersebut. Sejarah awal terjadinya suatu Perang Dunia II tersebut, bertepatan pada tanggal 6 dan 8 Agustus 1945. Pada saat itu Jepang telah mengaku kalah dari tentara sekutu dengan pengeboman kota Hiroshima dan Nagasaki. Pada tanggal 14 Agustus 1945, akhirnya Jepang menyerah pada sekutu dan kemudian para sekutu memerintahkan Jepang untuk melaksanakan status quo. Status quo memiliki arti bahwa kondisi untuk tetap menjaga situasi dan kondisi sebagaimana adanya pada saat itu sampai kedatangan tentara sekutu ke Indonesia. Pada tanggal 16 September 1945 di Tanjung Priok terdapat rombongan Belanda dan perwakilan sekutu yang sedang berlabuh. Kehadiran tentara sekutu tersebut, didampingi Netherland Indies Civil Administration – pemerintahan sipil Hindia Belanda NICA yang dipimpin oleh Dr. Hubertus J van Mook. Pertemuan tersebut membuka perundingan atas dasar pidato siaran radio Ratu Wilhelmina tahun 1942 yang membahas mengenai staatkundige concept atau disebut juga dengan konsepsi kenegaraan. Kekalahan Jepang mengakibatkan terjadinya kekosongan pemerintahan yang berkuasa di Indonesia. Pada tanggal 16 Agustus 1945 para pemuda Golongan Muda membuat strategi dengan melakukan penculikan terhadap Soekarno-Hatta yang kemudian membawa keduanya ke Rengasdengklok Peristiwa tersebut merupakan penculikan terhadap dua bapak proklamator Republik Indonesia Soekarno-Hatta ke Karawang, Jawa Barat yang bertujuan untuk mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Hal tersebut bertolak belakang dengan Belanda yang menolak akan kemerdekaan Indonesia 1945, karena Belanda ingin kembali berkuasa. Hal tersebut yang mengawali terjadinya agresi militer I 1947 dan agresi militer II 1948. Agresi Belanda I dan II, terjadi Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, Belanda masih kokoh untuk meminta pengembalian semua wilayah bekas jajahan Belanda yang masih menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI. Dengan merdekanya negara Indonesia membuat negara tersebut menjadi negara berdaulat. Serta membuat Indonesia harus melawan Belanda untuk mempertahankan teritori yang sudah dideklarasikan dari Sabang sampai Merauke. Sementara itu pada Perjanjian Linggarjati Pada tahun 1946, terjadi suatu perjanjian yang bernama Perjanjian Linggarjati di Linggarjati, Jawa Barat yang dihadiri oleh pihak Indonesia yaitu Sultan Syahrir dan pihak Belanda diwakili oleh Wim Schermerhorn. Perjanjian tersebut menghasilkan resolusi yang melemahkan Indonesia secara de Facto yang hanya mengakui Jawa, Sumatera dan Madura sebagai bagian dari negara Indonesia. Hingga akhirnya terjadilah suatu Agresi Militer Belanda I pada tahun 1947. Pada perundingan perjanjian linggarjati pihak Belanda dari Wakil Gubernur Jenderal Belanda Johannes van Mook menegaskan bahwa hasil perundingan tersebut tidak berlaku lagi, menegaskan tersebut terjadi pada tanggal 21 Juli 1947. Pihak Belanda akan memulai operasi militer Agresi Militer Belanda I yang berlangsung sampai 5 Agustus 1947. Operasi militer tersebut bernama Aksi Polisionil dan menyatakan tindakan ini sebagai urusan dalam negeri. Pembentukan agresi Belanda bertujuan untuk merebut daerah-daerah perkebunan yang kaya dan daerah yang memiliki sumber daya alam terutama pada minyak. Sedangkan Perjanjian Renville 1948 terjadi akibat tindakan Belanda yang membentuk agresi militer I akhirnya pihak Amerika Serikat turun tangan untuk menetralkan situasi dengan menjadi penengah antara Indonesia dan Belanda. Oleh sebab itu kedua belah pihak menandatangani perjanjian Renville pada tanggal 17 Januari 1948 di atas geladak kapal perang Amerika Serikat sebagai tempat netral USS Renville yang sedang berlabuh di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Hasil perundingan dari perjanjian renville 1948 adalah Indonesia berhasil memaksakan gencatan senjata tapi kehilangan sebagian wilayahnya, sedangkan untuk Belanda hanya mengakui kedaulatan Republik Indonesia RI di Jawa Tengah, Yogyakarta dan Sumatera serta meminta Tentara Negara Indonesia TNI menarik pasukannya dari wilayah pendudukan. Setelah itu, terjadilah suatu Agresi Militer Belanda II pada tahun 1948. Pada saat itu Belanda melakukan pemberontakan pada tanggal 19 Desember 1948 terhadap isi perjanjian renville dan melanggar gencatan senjata. Belanda melakukan penyerangan dengan mengerahkan pasukannya yang kemudian menyerang ibu kota Indonesia yang pada saat itu di Yogyakarta. Selain itu Belanda melakukan penangkapan beberapa tokoh Indonesia antara lain Soekarno, Mohammad Hatta, Sjahrir dan beberapa tokoh lainnya. Kemudian, terbentuklah Konferensi Meja Bundar pada tahun 1949. Ketika itu Amerika Serikat melakukan perundingan Konferensi Meja Bundar KMB dengan menekan Belanda dan Indonesia di Den Haag pada tanggal 2 November 1949. Perundingan tersebut membahas terkait pengembalian seluruh wilayah jajahan Belanda kepada Indonesia termasuk Papua didalamnya. Hasil perjanjian ini menyatakan bahwa Belanda menyetujui untuk mentransfer kedaulatan politik mereka atas seluruh wilayah bekas Hindia Belanda menjadi Indonesia. Wilayah Papua Barat merupakan satu-satu bagian wilayah yang tidak dipindahkan ke Indonesia, tetapi akan dibahas kembali setelah setahun kemudian pada tahun 1950. Hingga akhirnya Negara bagian Indonesia Timur atau yang tepatnya berada di daerah Papua wilayah Indonesia pada tahun 1947 hingga 1948 mengakibatkan Belanda menguasai Indonesia dengan mudah dan membagi-bagi menjadi kelompok kecil dengan total 6 bagian negara antara lain Negara Indonesia Timur sekarang Papua, Negara Sumatera Timur, Negara Madura, Negara Pasundan, Negara Sumatera Selatan dan Negara Jawa Timur. Negara bagian Papua masih belum dikembalikan oleh Belanda hingga tahun 1961 yang seharusnya Belanda harus mengembalikan Papua menjadi bagian wilayah dari Indonesia yang sesuai dengan hasil perundingan hasil Konferensi Meja Bundar KMB di Den Haag, Belanda yang dibahas satu tahun kemudian pada tahun 1950. Alasan Belanda masih menjadikan wilayah Papua menjadi miliknya karena Belanda masih mau mempertahankan pengaruhnya di kawasan Asia Pasifik dan untuk memperkuat basis ekonominya di wilayah Papua. Tindakan tersebut membuat Belanda untuk mendirikan negara boneka Papua. Pada tanggal 19 Oktober 1961 Belanda memulai dengan membentuk komite bernama New Guinea Council . Komite tersebut bertugas untuk merancang Manifesto untuk Kemerdekaan dan Pemerintahan Mandiri, bendera nasional atau disebut juga Bendera Bintang Kejora, cap negara, memilih lagu kebangsaan yaitu Hai Tanahku Papua dan meminta masyarakat untuk dikenal sebagai orang Papua. Pada tanggal 18 November 1961 Belanda mengakui bendera dan lagu kebangsaan Papua dan peraturan tersebut mulai berlaku pada tanggal 1 Desember 1961. Selain itu pada tahun 1961 Belanda mendirikan pasukan Papoea Vrijwilligers Korps atau Korps Relawan Papua PVK dan tentara buatan Belanda yang terdiri dari pribumi Papua. Oleh sebab itu, terdapat beberapa hal yang bisa dilakukan oleh bangsa kolonial. Beberapa hal tersebut meliputi teknik dalam politik pecah belah, dan juga upaya-upaya dalam politik adu domba. Nah, untuk mengetahuinya lebih jelasnya kamu dapat memperhatikan penjelasan di bawah ini. Upaya-upaya Dalam Politik Adu Domba Didalam melakukan politik pecah belah ini terdapat beberapa unsur yang dijadikan sebagai teknik pada politik adu domba. Apa saja tekniknya? Berikut adalah unsur-unsur yang menjadi teknik dalam politik pecah belah antara lain Mendorong, dan menciptakan sebuah perpecahan di dalam masyarakat guna mengurangi aliansi yang dapat melawan kekuasaan yang berdaulat. Mempromosikan, atau membantu mereka yang ingin melakukan kerjasama dengan kekuasaan yang berdaulat. Mendorong permusuhan, dan rasa ketidakpercayaan antar kelompok atau masyarakat. Mendorong sikap konsumerisme yang bertujuan untuk melemahkan biaya politik maupun militer. Terdapat berbagai macam strategi yang dilakukan oleh bangsa-bangsa kolonial. Salah satu strategi para penjajah yang paling ampuh untuk menghadapi perlawanan dengan penguasa lokal, yaitu melalui politik adu domba. Langkah awal dari VOC yakni mampu untuk menaklukkan kerajaan-kerajaan besar yang berada di wilayah nusantara dengan memanfaatkan perang antar saudara maupun adanya permusuhan antar kerajaan. Setelah rencana pertama mereka berhasil dengan menggunakan politik adu domba. Mereka juga sukses untuk membuat bangsa Indonesia berkonflik dan berebut kekuasaan di wilayah nusantara. Dengan membuat efektivitas devide et impera pun menjadi Efektif dan memperoleh perhatian secara khusus dari pemerintah kerajaan Bangsa kolonial karena berhasil membuat sebuah perpecahan yang terjadi di wilayah nusantara. Terdapat beberapa macam upaya-upaya yang dilakukan bangsa kolonial guna menaklukkan wilayah kekuasaan Nusantara. Apa saja itu? Berikut adalah beberapa upaya-upaya yang dilakukan bangsa kolonial ketika menerapkan politik devide et impera 1. Menjadi Teman dan Menciptakan musuh Pada upaya-upaya ini, Bangsa kolonial, berusaha untuk menjadikan bangsa Indonesia sebagai teman. Setelah itu, mereka menciptakan seorang musuh secara bersama. Hal itu karena manakala bangsa kolonial telah berteman, maka segala proses negosiasi dan diplomasi tersebut akan berjalan secara mudah, dan lancar. Dengan semua halnya menjadi mudah maka akan membuat negara tersebut menghancurkan negara lainnya. Hingga akhirnya membuat pihak lain dijadikan sebagai saingan bisnis VOC. Itulah yang dinamakan menciptakan musuh. 2. Manajemen isu Pada upaya yang kedua ini yaitu dengan manajemen isu, pada biasanya pola yang dilakukan bangsa kolonial yaitu dengan menebar selentingan kabar maupun desas-desus baik dilakukan di lingkungan politik atau sosial. Bentuk lain dari manajemen isu yaitu propaganda. 3. Bermain di dua sisi Upaya yang dilakukan berikutnya yaitu bermain di dua sisi. Bangsa kolonial pada umumnya akan berpihak oleh dua kubu yang saling bertentangan seolah berada posisi netral. 4. Merekrut pemimpin lokal Pada umumnya kolonial akan merekrut seorang pemimpin lokal menjadi bagian dari rantai manajemen bawah. Trik itu dilakukan guna memberikan pengakuan yang mengatasnamakan bangsa kolonial terhadap entitas politik di suatu daerah. Hal itu serupa dengan terjadinya sebuah Perang Diponegoro dan Kesultanan Melayu. 5. Mengatur terjadinya perang saudara Langkah itu dilakukan dengan memakai pribumi sebagai kekuatan militer guna melawan bangsanya sendiri. Pola tersebut tampak pada sejarah di Sumatera Barat pada tahun 1821-1837, yang mana ketika itu bangsa kolonial berhasil untuk memprovokasi Kaum Adat guna melakukan sebuah peperangan melawan Kaum Padri. Demikianlah beberapa penjelasan mengenai Politik adu domba di indonesia. Terdiri dari pengertian politik adu domba, asal usul politik adu domba, dan juga upaya-upaya yang dilakukan dalam politik adu domba. Semoga pembahasan diatas dapat menambah wawasan kamu mengenai politik adu domba. ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah." Custom log Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda Tersedia dalam platform Android dan IOS Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis Laporan statistik lengkap Aplikasi aman, praktis, dan efisien Awalmula penjajahan Belanda di Indonesia terkait Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) yang berdiri pada 20 Maret 1602. Beberapa peraturan penjajah Belanda yang menyengsarakan rakyat nusantara yaitu: Politik adu domba, VOC melakukan politik adu domba (devide et impera) yaitu saling mengadu domba antara kerajaan yang satu dengan kerajaan
- Tujuan kedatangan bangsa Eropa, termasuk Belanda, ke Indonesia pada mulanya adalah untuk mencari rempah-rempah. Dalam perkembangannya, Belanda menjadi serakah dan berhasil menguasai rempah-rempah serta kekayaan alam Indonesia lainnya. Beberapa kekayaan alam yang dimonopoli Belanda melalui kongsi dagang VOC adalah lada dari Banten dan Aceh, beras dari Mataram, dan kopi melaksanakan monopoli perdagangan, VOC diketahui suka ikut campur dalam urusan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia dan mengadu domba. Mengapa VOC ikut campur dalam kerajaan-kerajaan di Indonesia dan mengadu domba?Tujuan adu domba VOC Selama abad ke-17 dan 18, perdagangan di Batavia dan beberapa wilayah di Nusantara dikuasai secara langsung oleh VOC. Namun, di luar daerah-daerah tersebut, kerajaan-kerajaan Indonesia tetap hidup sebagai kerajaan berdaulat dan memegang kendali atas pangkalan-pangkalan dan rute-rute perdagangan. Dalam persaingan dan perebutan kekuasaan dengan kerajaan-kerajaan di Nusantara, baik melalui diplomasi ataupun peperangan, VOC akhirnya berhasil memaksakan perjanjian-perjanjian terhadap raja-raja di Indonesia. Tujuan VOC terlibat dalam urusan internal kerajaan-kerajaan di Nusantara adalah VOC ingin memecah belah kekuasaan kerajaan-kerajaan pribumi. Hal ini dilakukan karena kekuatan VOC hanya terbatas, dibandingkan dengan wilayah kekuasaannya di Nusantara yang sangat luas.
Belandamenggunakan sistem devide et impera sejak awal memasuki Nusantara. Politik adu domba pada abad - 17 sangat digemari VOC untuk menguasai suatu daerah, dengan cara inilah Belanda yang bahkan jumlahnya jauh lebih sedikit dari pribumi bisa menguasai wilayah nusantara. Secara antropologi, negara Indonesia adalah negara heterogen dengan
- Secara harfiah, devide et impera dapat diartikan sebagai "pecah dan berkuasa". Strategi ini dipopulerkan oleh Julius Cesar dalam upayanya membangun kekaisaran Romawi. Caranya adalah dengan menimbulkan perpecahan di suatu wilayah sehingga mudah untuk konteks lain, devide et impera juga berarti mencegah kelompok-kelompok kecil untuk bersatu menjadi sebuah kelompok besar yang lebih kuat. Seiring waktu, devide et impera juga dikenal sebagai politik pecah belah atau politik adu domba. Baca juga Kebijakan-Kebijakan VOC di Bidang PolitikPolitik devide et impera di nusantara Devide et impera perama kali diperkenalkan di Indonesia oleh Belanda melalui VOC Vereenigde Oostindische Compagnie. Selain monopoli, salah satu siasat yang digunakan oleh VOC untuk menguasai nusantara adalah devide et impera. Politik adu domba bahkan dijadikan kebiasaan oleh VOC dalam hal politik, militer, dan ekonomi untuk melestarikan penjajahannya di Indonesia. Orientasinya adalah mencari keuntungan sebesar-besarnya dengan menaklukkan raja-raja di nusantara. Strategi Belanda yang paling ampuh menghadapi perlawanan dari penguasa lokal adalah dengan meakukan politik adu domba.
KelicikanBelanda Hancurkan Indonesia Lewat Politik Adu Domba. Sabtu 02 Apr 2016 07:00 WIB. Red: Karta Raharja Ucu. 0. Ilustrasi tentara Belanda pada 1942. Foto: hellfire-pass.commemoration.gov.au. REPUBLIKA.CO.ID,Oleh: Alwi Shahab. Sekalipun pemerintah kolonial bersikap sangat keras terhadap Pan Islam (gerakan yang mempersatukan segenap umat
PertanyaanJelaskan alasan belanda melakukan politik adu domba atau dikenal devide et imper pada kerajaan kerajaan di Indonesia! Jelaskan alasan belanda melakukan politik adu domba atau dikenal devide et imper pada kerajaan kerajaan di Indonesia!CSC. SianturiMaster TeacherJawabanalasan Belanda menggunakan strategi devide et impera adalah untuk mendapatkan dan menjaga kekuasaannya di Indonesia dengan cara memecah belah kerajaan-kerajaan di Belanda menggunakan strategi devide et impera adalah untuk mendapatkan dan menjaga kekuasaannya di Indonesia dengan cara memecah belah kerajaan-kerajaan di devide et impera atau politik adu domba merupakan sebuah strategi yang dilakukan oleh Belanda yang bertujuan mendapatkan dan menjaga kekuasaan dengan cara memecah kelompok besar menjadi kelompok-kelompok kecil yang lebih mudah ditaklukkan. Belanda beranggapan bahwa masyarakat Indonesia dapat dikalahkan salah satunya adalah dengan cara memecah belah masyarakatnya. Salah satu contoh politik devide et impera berhasil diterapkan oleh Belanda adalah ketika Belanda dapat mengalahkan Kesultanan Banten dimana ada konflik antara Sultan Ageng Tirtayasa dengan putranya yaitu Sultan Haji. Dengan demikian alasan Belanda menggunakan strategi devide et impera adalah untuk mendapatkan dan menjaga kekuasaannya di Indonesia dengan cara memecah belah kerajaan-kerajaan di devide et impera atau politik adu domba merupakan sebuah strategi yang dilakukan oleh Belanda yang bertujuan mendapatkan dan menjaga kekuasaan dengan cara memecah kelompok besar menjadi kelompok-kelompok kecil yang lebih mudah ditaklukkan. Belanda beranggapan bahwa masyarakat Indonesia dapat dikalahkan salah satunya adalah dengan cara memecah belah masyarakatnya. Salah satu contoh politik devide et impera berhasil diterapkan oleh Belanda adalah ketika Belanda dapat mengalahkan Kesultanan Banten dimana ada konflik antara Sultan Ageng Tirtayasa dengan putranya yaitu Sultan Haji. Dengan demikian alasan Belanda menggunakan strategi devide et impera adalah untuk mendapatkan dan menjaga kekuasaannya di Indonesia dengan cara memecah belah kerajaan-kerajaan di pemahamanmu bersama Master Teacher di sesi Live Teaching, GRATIS!6rb+
\n belanda pernah melakukan politik adu domba di nusantara yaitu antara
KETIKAmenjajah Indonesia selama ratusan tahun, Belanda melancarkan serangkaian taktik politik untuk menguasai Nusantara. Salah satunya ialah taktik devide et impera, yang berarti "pecah dan berkuasa", atau dikenal juga sebagai politik adu domba. (Baca juga: 4 Raja Hebat di Masa Kerajaan Islam, Nomor 2 Usir Portugis dari Sunda Kelapa) Taktik ini memiliki tujuan untuk mencegah berkembangnya
Mahasiswa/Alumni Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta07 Januari 2022 0648Hallo Wena A, Kakak bantu jawab ya. Kebijakan atau politik yang dilakukan Belanda saat di Indonesia antara lain Politk Adu Domba Devide et Impera, Sistem Tanam Paksa, dan Politik Etis. Untuk lebih jelasnya, yuk pahami pembahsan dibawah ini. Belanda merupakan salah satu negara yang pernah menjajah Indonesia. Belanda datang dengan melakukan monopoli perdagangan serta menguasai wilayah-wilayah di Nusantara. Saat Belanda di Indonesia, hal pertama yang dilakukan Belanda adalah melakuakan Politik Adu Domba atau Devide et Impera, yaitu melakukan Adu Domba pada kerajaan yang berdiri di Nusantara sehingga mereka mengalami perpecahan dan Belanda dengan mudah menguasai wilayah tersebut. Saat Belanda di Indonesia, Belanda juga menerapkan sistem tanam paksa atau Cultuurstelstel yaitu tanam paksa kepada masyarakat pribumi untuk menghasilkan tumbuhan komoditas internasional dan kerja paksa, kebijakan ini membuat masyarakat menderita dan menimbulkan kelapran dan kemiskinan. Selanjutnya Politim Etis atau Politik Balas Budi yang diterapkan Belanda demi membalas budi atas kekejaman Sistem Tanam Paksa dengan meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui irigasi, imigrasi, dan edukasi. Semoga membantu ya.
KiHadjar & dr. Tjipto keduanya diasingkan ke Belanda, dan walaupun DD juga secara perintah diasingkan ke Belanda ia malah memilih untuk "mengasingkan diri" ke Swiss, mengambil studi Doktorat/PHD di Universitas Zurich - sebagai bentuk pembangkangannya di pengasingan terhadap pemerintah kolonial.. dr. Tjipto dikembalikan ke Jawa tahun 1914, sementara ki Hadjar tahun 1919.

Oleh Gio Ovanny Pratama Domba? Ya domba memang sebutan untuk binatang berkaki empat berbulu lebat. Ada yang berbulu putih dan ada yang berbulu hitam. Tak jarang bulu lebatnya itu sering diburu orang-orang untuk industri tekstil. Selain dagingnya bisa dimakan dan menjadi sumber protein, susunya juga kaya akan mineral-mineral yang dibutuhkan oleh tubuh. Begitu banyak manfaat binatang yang satu ini. Namun apa jadinya jika kata “domba” ditambah dengan kata “politik” dan “adu” diawalnya? Tentu saja maknanya berubah 180 derajat. “Politik adu domba” itu lah jadinya. Bersinonim dengan politik pecah belah menjadikan istilah ini popular dikalangan pejabat-pejabat struktural pemerintahan dari masa ke masa. Pun demikian dengan masyarakat awam dan menengah ke bawah serta rakyat biasa, semuanya akrab dengan yang satu ini. Hal ini membuktikan bahwa politik adu domba bukan kemana-mana tapi ada dimana-mana dan kapan saja. Mari kita simak kembali perjalanan sejarah negeri ini. Sebelum tahun 1900-an, ketika para pejuang kemerdekaan masih berjuang dengan senjata khas bambu runcing. Tak ada kesatuan dan kekompakkan bagi pejuang diseluruh pelosok negeri. Jangankan secara nasional, di tingkat daerah saja sesama pribumi tercipta kelompok-kelompok yang berbeda pendapat. Ambil contoh perang Paderi di Sumatera Barat, perang ini meletus karena perbedaan pendapat antara kaum paderi yang berprinsip kepada ajaran islam dengan kaum adat yang berprinsip pada aturan adat turun temurun dari nenek moyang. Apakah sebenarnya yang menyebabkan peperangan ini? mempertahankan idealisme masing-masing? Itu hanya akar masalahnya. Yang sebenarnya terjadi adalah adu domba dari penjajah Belanda. Campur tangan Belanda di Ranah minang tak lain tak bukan adalah demi memperluas pengaruh kolonialisme dan kekuasaan mereka. Mereka mempengaruhi tokoh-tokoh dari kedua pihak sehingga timbul perselisihan antara kedua kubu. Buktinya setelah perang berakhir Belanda berhasil mencapai tujuannya, yaitu menangkap tokoh paling berpengaruh Tuanku Imam Bonjol dan menguasai daerah Ranah minang dan sekitarnya. Begitu pulalah yang terjadi pada daerah lain di nusantara selama perang kemerdekaan. Adu domba dan pecah belah menjadi senjata utama penjajah Belanda dalam mendapatkan kekuasaan di Indonesia. Dalam bahasa Belanda politik adu domba disebut dengandevide et impera. Sadar dengan kegigihan masyarakat pribumi dan jumlah yang banyak belanda menemukan sebuah cara untuk menguasai Indonesia kala itu. Dengan adu domba dan pecah belah, Belanda berhasil memecah kelompok-kelompok besar menjadi kelompok-kelompok kecil. Satu kelompok menghancurkan kelompok lainnya. Akhirnya Belanda tinggal menghancurkan kelompok kecil yang tersisa dan diakhiri dengan tawa lepas. Hal ini pula lah yang diadopsi masyarakat Indonesia. Terutama petinggi-petinggi negaranya. Perasaan tak senang jika tak menguasai, tak senang jika posisi tertentu diisi orang lain, menjadikan politik adu domba jembatan menuju kekuasaan. Tak peduli rakyat akan tertindas olehnya yang penting berkuasa! Sejak dibentuknya negeri ini oleh The Founding Fathers, politik adu domba terasa telah mengalir didarah masyarakat Indonesia. Warisan tak berwujud itu secara tak langsung diturunkan kompeni kepada masyarakat pribumi negeri ini. Wujudnya memang tak nampak, tapi ia ada dimana-mana. Seperti sinetron yang sedang menjamur di negeri ini. Secara tak langsung telenovela versi Indonesia ini menjadi salah satu agen dalam meroketnya kekuatan adu domba. Bertemakan kehidupan remaja namun yang dipertontonkan lebih banyak intrik dan konflik antar tokoh demi mencapai tujuan masing-masing. Antagonis dan protagonis, protagonis selalu saja tertindas, antagonis selalu menang dengan akal-akal liciknya menebar kebohongan dan fitnah demi meraih tujuannya yang picik. Di level yang lebih tinggi, para elit juga memerankan tokoh protagonis dan antagonis. Layaknya sinetron, protagonis selalu tertindas, antagonis dengan sengaja memecah belah kelompok besar menjadi kelompok kecil dengan tujuan tak ada kekuatan besar yang bisa menghalangi rencananya mendapatkan kemenangan. Hal inilah yang mengakibatkan sebuah program yang telah disusun tak kunjung terealisasi. Sering kali kita berjumpa dengan hal di atas dikehidupan sehari-hari. Intrik dan konflik kepentingan dipertontonkan seakan menjadi hal lumrah dan menjadi kebanggaan bagi pelakunya. Yang lurus malah dibungkam, yang sesat justru dijunjung dan diagungkan. Inilah benih yang telah diwariskan kolonial Belanda kepada negeri tercinta ini. Masyarakat sekarang dituntut harus bijak dan pandai menilai kebenaran itu. jangan mudah terprovokasi berita yang belum tentu benar. Sebuah informasi harus di kroscek lagi, jangan mudah diadu domba, jernihkan pikiran dan lihat baik-baik kebenaran yang hakiki. Redaksi Badan Otonom Pers Mahasiswa BOPM Wacana merupakan pers mahasiswa yang berdiri di luar kampus dan dikelola secara mandiri oleh mahasiswa Universitas Sumatera Utara USU.

Secaraprinsip, praktik politik adu domba adalah memecah belah dengan saling membenturkan (mengadu domba) kelompok besar yang dianggap memiliki pengaruh dan kekuatan. Tujuannya adalah agar kekuatan tersebut terpecah-belah menjadi kelompok-kelompok kecil yang tak berdaya. Dengan demikian kelompok-kelompok kecil tersebut dengan mudah dilumpuhkan
403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID th4TQKdFAHLF7NE5eC6oIO1Quy7j4Kw5t_yGjnpVdAMh0x-skIAh9Q==

Belandapernah melakukan politik adu domba di nusantara, yaitu antara - 28867471 azzahraranianabilah3 azzahraranianabilah3 21.04.2020 Iklan LOIOIOIOI LOIOIOIOI Jawaban: Jawaban:Belanda pernah melakukan politik adu domba antara → Raja Gowa Sultan Hasanuddin dengan Raja Bone (Aru Palaka). Iklan Iklan kristian77 kristian77 Selarung Nostalgia

403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID IPgjBiECA5Raa7G8-JU2RB83uabumgHAk49U677A6M0Lu1LO9xlkXQ== FS5G.
  • 7sjdk2i08e.pages.dev/239
  • 7sjdk2i08e.pages.dev/9
  • 7sjdk2i08e.pages.dev/1
  • 7sjdk2i08e.pages.dev/114
  • 7sjdk2i08e.pages.dev/221
  • 7sjdk2i08e.pages.dev/62
  • 7sjdk2i08e.pages.dev/360
  • 7sjdk2i08e.pages.dev/240
  • belanda pernah melakukan politik adu domba di nusantara yaitu antara